Saat bekerja, petugas pemadam kebakaran (damkar) menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti mantel pelindung, celana panjang, helm, sarung tangan, sepatu bot, hingga alat bantu napas. Tapi bagaimana ya mereka bisa tahan terhadap semburan api?
Ternyata, APD yang digunakan petugas damkar memiliki bahan dasar dari polimer, yang cenderung tahan terhadap panas. Dua bahan kain polimer seperti Nomex dan Kevlar dapat melindungi petugas damkar dari panas ekstrem serta bahan kimia asam, alkali, atau tumpahan hidrokarbon.
Tiga Lapis Bahan Polimer Penyusun APD
Bahan polimer yang disebut dengan Nomex dan Kevlar merupakan hasil produksi perusahaan kimia asal Amerika Serikat, yang dikembangkan sejak 1960-an, bernama DuPont.
Kedua bahan tersebut berbahan filamen polimer tunggal yang terlebih dahulu dipintal untuk membuat benang kemudian ditenun menjadi kain. Baik Nomex atau Kevlar, rantai panjang polimer mengandung cincin aromatik yang dihubungkan oleh gugus amino.
Perbedaan utama antara kedua struktur polimer tersebut ada pada posisi gugus amino melekat dalam cincin aromatiknya. Hal ini membuat perbedaan kinerja pada kedua bahan tersebut.
Tahan Paparan Suhu hingga 400°C
Nomex memiliki ketahanan termal yang lebih baik daripada Kevlar. Bahan Nomex mampu menahan paparan suhu hingga 400 derajat Celcius.
APD yang digunakan oleh petugas damkar terdiri atas tiga lapis yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Lapisan terluar, terbuat dari Nomex atau Kevlar, yang berfungsi sebagai pelindung utama panas. Sedangkan lapisan kedua berfungsi sebagai penghalang kelembaban.
Lapisan ini juga dirancang untuk membiarkan keringat melewatinya untuk bernapas. Sehingga umumnya, lapisan kedua dilaminasi oleh dua atau lebih lapisan polimer.
Satu lapisan biasanya terbuat dari Nomex atau Kevlar sementara lapisan lainnya adalah poliuretan atau poli(tetrafluoroetilen), lebih dikenal sebagai Teflon.
Terakhir, lapisan dalam yang kerap dikenal lapisan termal. Lapisan ini terdiri dari handuk katun dan lapisan gumpalan yang masing-masing terdiri dari campuran polimer.
Pendekatan kimia melalui desain APD tiga lapis bahan ini telah digunakan dalam beberapa tahun secara konstan.
Tindakan Berbasis Kimia untuk Memadamkan Api
Seperti yang diketahui, api terbentuk dari reaksi elemen-elemen kimia yang terkenal dalam segitiga api yaitu panas, oksigen, dan bahan bakar.
Dengan menghilangkan salah satu elemen penyusun tersebut, api dapat dipadamkan. Misalkan menggunakan air untuk menghilangkan panas.
Namun, air tidak selalu cocok digunakan untuk memadamkan semua jenis api. Ada api yang terbuat dari minyak atau cairan mudah terbakar sehingga penggunaan air justru memperbesar kobaran.
Tetapi perlu dicatat, dalam hal ini kebakaran listrik tidak boleh dipadamkan dengan air karena listrik mengalir melalui air. Penggunaan air pada kebakaran listrik justru menimbulkan sengatan listrik.
Kebakaran akibat cairan dan listrik yang mudah terbakar harus dipadamkan dengan menghilangkan oksigen dari segitiga api.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan meletakkan selimut api atau alat pemadam karbon dioksida. Selimut api akan membentuk segel di sekeliling api agar mencegah masuknya oksigen dalam kobaran.
Menghilangkan bahan bakar dari segitiga api adalah cara ketiga untuk memadamkan api. Cara ini sering kali digunakan untuk menghentikan penyebaran kebakaran hutan.
Cara tersebut dilakukan dengan memisahkan pohon, ranting, dan daun-daun kering agar api tidak menyebar semakin luas.
Bahan Penghambat Api
Selain cara-cara di atas, damkar juga menggunakan bahan kimia yang disebut sebagai penghambat api (fire retardants).
Busa yang digunakan petugas pemadam kebakaran pada beberapa kebakaran besar mengandung penghambat api berupa surfaktan. Ini menurunkan tegangan permukaan air, sehingga api lebih mudah dipadamkan.
Selama kebakaran hutan besar, bubuk penghambat api terkadang dijatuhkan dari udara di sekitar tepi area yang terbakar untuk mencoba menahan penyebarannya.
Akan tetapi, penggunaan penghambat api dapat menimbulkan kekhawatiran pada beberapa komunitas ilmiah. Bahan kimia ini mengandung klorin, brom, dan antimon, yang mengeluarkan gas karsinogenik sehingga membahayakan manusia dan lingkungan.
Kini, banyak yang mulai mengembangkan bahan penghambat api yang lebih ramah lingkungan seperti dari molekul yang diekstraksi dari cangkang telur.